JALAN PANJANG MENUJU SURGA

 

Hari ini saya ingin berbicara sedikit tentang jalan menuju surga. Kita tahu bahwa surga jauh dari bumi. Namun tahukah kita bahwa jalan panjang menuju surga juga bisa sangat berbahaya? Anggap saja bahwa semua orang Kristen akan masuk surga suatu hari nanti. Ketika mereka berada 500 kaki di atas dalam perjalanan ke surga, gravitasi tiba-tiba menarik mereka ke bumi dan kepala mereka jatuh lebih dulu ke permukaan beton keras di bawah mereka. Bisakah Anda bayangkan cedera kepala seperti apa yang akan mereka derita? Mereka mungkin memecahkan tengkorak mereka, atau mematahkan leher mereka. Bukankah itu satu pemandangan yang mengerikan untuk dilihat? Bukankah itu perjalanan yang sangat berisiko? Itu bisa terjadi pada orang Kristen yang percaya bahwa mereka telah diselamatkan dan bahwa mereka sedang dalam perjalanan ke surga, tetapi beratnya dosa tiba-tiba menarik mereka ke bawah, dan mereka langsung jatuh ke tanah, memecahkan kepala mereka atau mematahkan leher mereka. Bukankah itu suatu kemungkinan meskipun kita berpikir bahwa kita sudah diselamatkan sekarang? Ya, itu bisa saja terjadi karena Yesus berkata dalam Matius 24:13, "Tetapi siapa yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan." Berapa lama jangka waktu dari sekarang sampai akhir, satu tahun, 10 tahun, 20 tahun, 50 tahun, atau lebih? Apakah kita tahu? Tidak, kita tidak tahu. Hanya Dia yang tahu kan? Apa maksud kalimat ini bagi kita? Itu berarti bahwa mereka yang bertahan sampai akhir adalah pemenangnya, dan mereka akan memenuhi syarat untuk dapatkan hidup yang kekal - mereka telah memenangkan perlombaan sampai akhir. Paulus berkata dalam 2 Timotius 4:7, "Aku telah berjuang dalam pertandingan yang baik, Aku telah menyelesaikan perlombaan, aku telah memelihara iman." Bolehkah saya percaya siapa pun yang mengatakan bahwa sekali kita diselamatkan kita akan diselamatkan selamanya? Tidak, tentu saja tidak. Mengapa? Karena kita tidak dapat menjamin berapa lama kita dapat bertahan dalam perjuangan yang baik dan menyelesaikan balapan dan tidak kehilangan iman kita.

Keselamatan adalah kemitraan antara kita dan Allah, dan salah satu dapat menarik diri dari kemitraan dengan alasan apapun.

Kemitraan orang Kristen antara Tuhan dan kita disebut Kemitraan yang Nyaman. Dalam Kemitraan jenis ini, kita dapat mengklaim setiap janji Tuhan yang tercantum dalam Alkitab, tetapi Dia tidak dapat menuntut janji dari kita karena kita tidak menjanjikan apa pun kepada-Nya yang tertulis di dalam Alkitab atau tertulis di mana pun. Kita percaya bahwa kita berada di bawah "rahmat" atau kasih-karunia. Itulah mengapa saya menyebutnya "Kemitraan yang Nyaman".

Dapatkah saya mempercayai seorang pendeta, pengkhotbah, atau siapapun juga yang berkata bahwa kita selamat selamanya setelah kita dibaptis? Tidak, karena dia tidak tahu apa yang akan kita lakukan malam ini atau besok pagi. Haruskah kita mempercayai guru Alkitab kita karena dia adalah sahabat baik kita? Tuhan melarangnya kecuali dia lebih pintar dari Yesus! Apakah Yudas Iskariot diselamatkan? Tidak, dia tidak dan begitu banyak lainnya. Mereka tidak bertahan sampai akhir.

Tetapi Anda mengatakan bahwa Paulus tidak mengatakan seperti itu. Mengapa Anda harus peduli dengan apa yang mungkin dikatakan oleh Paulus dan yang lainnya? Mereka bisa mengatakan apapun yang ingin mereka katakan. Mereka bisa percaya pada apapun yang ingin mereka percayai sampai wajah mereka membiru. Mereka bukanlah pemilik surga. Mereka tidak memegang kunci Kerajaan Allah. Dan bagi saya untuk mempercayai mereka, mereka harus setuju dengan apa yang Yesus katakan dan tidak boleh bertentangan dengan Dia. Hanya Yesus yang bisa menyelamatkan kita, dan tidak ada orang lain! Mereka dapat mengatakan apa saja yang ingin mereka katakan, dan saya tidak peduli sedikit pun! Juga, apa yang kita pikirkan dan apa yang kita yakini tentang diri kita juga tidak penting. Apa yang Tuhan pikirkan tentang kita adalah yang terpenting, dan tidak ada hal lain yang lebih penting!

Jadi, tahukah Anda apa yang saya bicarakan, beratnya dosa yang dapat menjatuhkan kita langsung ke bawah seperti kotoran burung dari surga? Saya berbicara tentang daya tarik yang kuat dari kebiasaan buruk kita yang dapat menjatuhkan kita dan mencegah kita mencapai surga. Mengapa kebiasaan buruk begitu penting? Karena kebiasaan buruk adalah bagian dari diri kita, seperti hati kita yang buruk, paru-paru kita yang buruk, otak kita yang terkena kanker, dan karakter buruk kita. Jika kita memiliki kebiasaan buruk, karakter buruk atau jahat, mereka akan tinggal didalam kita. Mereka adalah bagian dari kita. Saya mengenal banyak orang, saudara laki-laki saya, pendeta gereja saya, teman baik saya, dan orang lain yang akhirnya hidup dalam dosa selama sisa hidup mereka karena kebiasaan buruk mereka. Beberapa dari mereka masih hidup, dan beberapa sudah mati. Tetapi mereka semuanya hidup dalam dosa selagi hidup. Menurut Anda, apakah Tuhan ingin orang-orang yang cacat karakternya untuk hidup bersama-Nya jika mereka tidak bertobat? Apakah Tuhan putus asa mencari kita orang tak setia untuk menemani-Nya di surga? Mengapa?

Baca di sini apa yang dikatakan Paulus tentang dirinya sendiri - “Aku, manusia celaka! Siapa yang akan membebaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:24). “Untuk apa yang saya lakukan, saya tidak mengerti. Untuk apa yang akan saya lakukan, saya tidak lakukan; tapi apa yang saya benci, itulah yang saya lakukan. Jika kemudian, saya melakukan apa yang tidak akan saya lakukan, saya setuju dengan hukum bahwa [itu] baik. Tetapi sekarang, bukan lagi aku yang melakukannya, melainkan dosa yang ada dalam diriku. Karena aku tahu bahwa di dalam diriku (yaitu, di dalam dagingku) tidak ada yang baik; karena keinginan ada pada saya, tetapi [bagaimana] melakukan apa yang baik tidak saya lakukan. Demi kebaikan yang ingin saya [lakukan], saya tidak melakukannya; tetapi kejahatan yang tidak akan saya [lakukan], itulah yang saya praktikkan. Sekarang jika saya melakukan apa yang tidak ingin saya [lakukan], bukan saya lagi yang melakukannya, tetapi dosa yang ada di dalam saya."

Di sinilah saya tidak setuju dengan Paulus. Dapatkah dosa dalam diri kita membuat kita melakukan apa yang tidak ingin kita lakukan? Ataukah kebiasaan buruk dalam diri kita yang membuat kita melakukan apa yang seharusnya tidak kita lakukan? Darimana datangnya dosa, dari Iblis, begitu? Kenapa selalu salahkan Iblis dan tidak salahkan diri kita sendiri? Bisakah Iblis menyuruh atau memaksa kita untuk berdusta? Tidak bisa, bukan? Bisakah Iblis menyuruh atau memaksa kita untuk berzinah? Tidak bisa juga bukan, kecuali jika kita mau sendiri. Tuhan mengatakan bahwa Ayub adalah manusia yang sempurna. Apa sebabnya Ayub bisa menjadi manusia yang sempurna, apakah lantaran semasa hidupnya tidak ada Iblis, begitu? Menurut Alkitab Iblis mengganggu Ayub siang dan malam dangan macam-macam godaan dosa dan penderitaan. Singkatnya, saya mau pembaca saya memahami bahwa sumber dari "dosa" bukannya Setan saja. Dan bukan juga dari Hukum Tuhan. Hukum Tuhan itu adil dan suci!

Saya pikir apa yang Paulus ingin katakan adalah bahwa kebiasaan buruk yang ada di dalam diri kitalah yang membuat kita melakukan apa yang tidak akan kita lakukan, tetapi kita tidak dapat menolaknya. Jadi kita tetap saja melakukannya.

Lebih lanjut Paulus mengatakan bahwa saya kemudian menemukan hukum, bahwa kejahatan ada bersama saya, orang yang mau berbuat baik. Karena aku suka akan hukum Allah menurut batin manusia. Tetapi saya melihat hukum lain di anggota saya, berperang melawan hukum pikiran saya, dan membawa saya ke dalam tawanan hukum dosa yang ada di anggota saya. O manusia celaka aku ini! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Saya berterima kasih kepada Tuhan melalui Yesus Kristus Tuhan kita! Jadi, dengan pikiran, saya sendiri melayani hukum Jahweh, tetapi dengan daging hukum dosa. (Roma 7:15-25).

Dengan kata lain, wahai manusia celaka, siapa yang akan membebaskanku dari kebiasaan burukku? Paulus berbicara tentang hukum kebiasaan buruk yang merusak hidup kita.

Saya tidak jelas apa yang dia bicarakan semua dalam bentuk waktu sekarang. Tapi saya pikir dia berbicara tentang kebiasaan buruknya yang telah mengendalikan hidupnya di berbagai waktu. Bagaimana kita mengubah kebiasaan buruk kita? Ini tidak mudah. Ini sangat sulit! Baca lagi apa yang ditulis Paulus tentang pergumulannya dengan dosa (kebiasaan buruk) sebelum Saulus menjadi Paulus, atau bahkan setelah Paulus menjadi Paulus. Hukum Allah membuatnya melihat kebiasaan buruknya dengan jelas. Dia tampaknya benci melihat dirinya bergumul dengan dosa (kebiasaan buruk) setiap hari, dan dia tampaknya sekarang menyalahkan Hukum dan bukannya menyalahkan dirinya sendiri - kebiasaan buruknya! Saudara-saudara, tidak ada yang salah dengan Hukum. Hukum itu seperti cermin. Cermin Hukum menunjukkan karakter kita yang cacat. Itu menunjukkan karater jelek kita yang harus dirubah. Haruskah kita membuang cermin hukum itu? Tidak, sebab Hukum Tuhan adalah adil dan suci.

Apakah menurut Anda Nabi Henokh akan pernah berkata, “Aku ini manusia celaka! Siapa yang akan membebaskan saya dari tubuh maut ini?” Tidak, dia tidak mau, dan tidak akan! Apa Anda tahu kenapa? Karena Nabi Henokh dibesarkan berbeda dengan Saul! Kebiasaan yang diperoleh Nabi Henokh selama masa pelayanannya sama sekali berbeda dengan kebiasaan buruk Saul! Nabi Henokh berjalan bersama Tuhan sampai ke garis finis. Dia tidak memiliki kebiasaan buruk.

Yesus berkata, "Biarlah anak-anak kecil datang kepada-Ku, dan jangan melarang mereka; karena itulah Kerajaan Surga." (Matius 19:14). Tahukah Anda mengapa Yesus mengatakan bahwa kerajaan surga adalah milik anak kecil? Karena anak kecil memiliki hati nurani yang polos, tidak seperti kebanyakan orang dewasa. Mereka tidak memiliki kebiasaan buruk yang dilakukan kebanyakan dari kita orang dewasa. Saya mengerti, itulah perbedaan utama antara anak kecil dan orang dewasa - kebiasaan mereka.

Ngomong-ngomong, pernahkah Anda mendengar anak kecil berkata, “Saya ini laki-laki/perempuan celaka! Siapa yang akan membebaskan saya dari tubuh maut ini?” Tidak kamu tidak akan. Atau, apakah Anda berpikir bahwa Anda akan pernah mendengar Nabi Nuh berkata, “Aku ini manusia celaka! Siapa yang akan membebaskan saya dari tubuh maut ini?” Tidak, Anda juga tidak akan mendengar dia mengatakan itu. Apa Anda tahu kenapa? Karena Nuh tidak dibesarkan dengan kebiasaan yang diperoleh Paulus ketika namanya masih Saulus; anak-anak kecil dibesarkan tanpa mengetahui apa-apa tentang kebiasaan buruk. Mereka memiliki pikiran yang tidak bersalah.

Jadi, sekarang Paulus tampaknya menyarankan agar kita mengabaikan Hukum agar kita tidak lagi diingatkan akan dosa atau kebiasaan buruk kita. “Wahai manusia celaka aku ini! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Saya berterima kasih kepada Tuhan melalui Yesus Kristus Tuhan kita! Jadi, dengan pikiran, saya sendiri melayani hukum Allah, tetapi dengan daging hukum dosa.” (Roma 7:24-25).

“Karena oleh kasih karunia kamu telah diselamatkan melalui iman, dan itu bukan dari dirimu sendiri; [itu adalah] karunia Allah, bukan hasil kerja, agar tidak ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9)

Sekarang dia beralih ke "rahmat" yang akan menyelamatkan kita, bukannya penurutan akan Hukum Tuhan. Mengapa? Lebih mudah membuat orang gereja bahagia. Dan semua pengkhotbah, semua pengkhotbah Kristen, jatuh ke dalam teori "rahmat". Mengapa? Karena mereka semua suka menyenangkan hati manusia, hati pengunjung gereja, dan bukannya membuat senang hati Allah.

Beberapa memang telah diselamatkan oleh kasih karunia Allah, seperti pencuri di kayu salib. Tapi dia adalah pengecualian. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan pencuri itu. Dia meninggal di kayu salib beberapa menit atau beberapa jam kemudian setelah dia menyerahkan dirinya kepada Yesus.

Bagaimana dengan kita? Kita masih hidup. Kita masih punya banyak tahun lagi untuk pergi ke neraka. Iblis memiliki 50 atau 60 tahun lagi untuk menipu kita setelah kita berusia 30 tahun. Itu waktu yang lama untuk bertahan, dengan atau tanpa kebiasaan buruk kita, waktu yang sangat lama.

Apakah Anda tahu berapa lama Ayub telah bertahan? Lalu TUHAN berkata kepada Setan, "Pernahkah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub, bahwa [tidak ada] seorang pun yang seperti dia di bumi, seorang yang tidak bercacat dan jujur, seorang yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? Dan tetap saja dia memegang teguh integritasnya meskipun kamu menghasut Aku untuk melawannya, untuk menghancurkannya tanpa alasan." (Ayub 2:3).

Apakah kita takut akan Tuhan? Tidak, kita memperlakukan Dia seperti teman sekolah kita! Apakah kita menjauhi kejahatan? Tidak juga, kita menyukai kebiasaan buruk kita. Kita pikir kebiasaan buruk kita tidak ada hubungannya dengan neraka. Apakah kita selamat setelah kepala kita dibenamkan ke dalam air, atau diperciki air suci? Tidak juga!

Tidak takut akan Tuhan dan tidak menjauhi kejahatan, ini dua sebab saja, cukup membuat kita berdosa tanpa bantuan dari Iblis.

Apakah kita tidak percaya bahwa kebiasaan buruk kita dapat menjatuhkan kita seperti kotoran burung dari langit? Ya, kita harus.

Jika itu tidak benar, mengapa Yesus berkata "Tetapi dia yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan." (Matius 24:13)?

Keselamatan adalah kemitraan kerja antara Allah dan kita di mana kita harus berjalan bergandengan tangan dengan Dia, sama seperti apa yang Nabi Henokh lakukan sampai dia bersama mencapai garis finis dan memenangkan perlombaan. Itulah yang Yesus maksudkan ketika Dia berkata dalam Matius 24:13, "Tetapi siapa yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan." Kita harus terus bekerja sama dalam kemitraan dengan Tuhan sampai kita mencapai garis akhir - akhir. Tuhan memberkati.

Untuk studi lebih lanjut, silakan baca artikel saya The Triad of Salvation.

Comments

Popular Posts

LEGAL OFFER FROM JESUS

PASTOR-ATTORNEY

CONFUSED?

LET YOUR LIGHT SHINE

JUDAISM vs. CHRISTIANITY

KNOW YOUR HACKERS

SABBATH

ALL ABOUT THE HEART

THE TRIAD OF SALVATION